Pages

Sunday, 19 May 2019

Cerita Singkat Nama Tanete (Bulukumpa)

Mitos penamaan Bulukumpa pertama kali muncul pada abad ke – 16 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Dan di batas Bukit yang bernama Karampuang. Raja Bone masih mengklaim bahwa bukit Karampuang (Wilayah ini didekat perbatasan Kab. Bulukumba dan Kab. Sinjai) mengklaim masih Bukitnya, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang,oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumpa”

Dan ternyata bulukumpa atau yang biasa kita sebut dengan tanete ini dulunya adalah sebuah kerajaan kecil  yang berdiri beberapa ratus tahun yang lalu.

Cikal bakal lahirnya kerajaan Bulukumpa yaitu dengan munculnya 7 Gellarang yang bersatu untuk membentuk sebuah kerajaan yaitu sebagai berikut :
1)      Gellarang Jawi – Jawi
2)      Gellarang Bulo – Bolu
3)      Gellarang Bulukumpa/ Salassae
4)      Gellarang Kambuno
5)      Gellarang Jojjolo
6)      Gellarang Balang Taroang
7)      Gellarang Bulo Lohe

Raja pertama  kerajaan Bulukumpa adalah seorang keturunan dari kerajaan Bone yang bernama “Lapatau Matanna Tikka’” yang bergelar “Karaetta’ ri Nagauleng Mangngakua Dg.Pasau

Berikut sebagian arung/raja dan pelaksana tugas kerajaan yang pernah memimpin kerajaan Bulukumpa  :

Ø  Imaddolangeng Dg. Ngilau Karaetta Hajjie

Beliau adalah arung bulukumpa yang ke 10.

Ø  Karaeng Hajji Makkarodda

Beliau adalah sulle watang( wakil arung ) dari Imaddolangeng Dg. Ngilau Karaetta Hajjie

Ø  Imannodjengi Dg. Tiro

Beliau adalah adalah arung Bulukumpa yang ke 11. Pada masa beliau menjadi raja, sektor perekonomian kerajaan Bulukumpa berkembang pesat. Karena pada awalnya sebelum beliau menjabat pada tahun 1914,belum ada persawahan di wilayah Bulukumpa. Jadi,selama ini padi yang dikomsumsi masih berupa padi darat yang kualitasnya sangat keras. Baru kemudian setelah beliau menjabat,maka diadakanlah percetakan sawah pada tahun 1918.

Ø  A. Mappi Djappu Dg. Djarre

Beliau sebernanya bukanlah Arung,melainkan hanya pelaksana tugas Arung menggantikan 
posisi arung Imannodjengi Dg. Tiro untuk sementara.

Ø  A. Abduh Syukur Dg. Pabeta ( Arung Bulukumpa Ke-12 )
Ø  H. A. Mansur Dg. Sikki

Beliau adalah kepala Distrik Bulukumpa/ Tanete. Beliau juga adalah kepala camat pertama Kecamatan Bulukumpa.
Pada masa Bulukumpa masih berbentuk kerajaan, maka yang dijadikan rumah kerajaan pada waktu itu adalah rumah setip raja yang menjabat.
Berbicara mengenai Bola Kambarae atau dalam bahasa Indonesia “Rumah Kembar”. Alasan mengapa harus rumah kembar, karena pada waktu itu kerajaan Bulukumpa dipegang oleh 2 kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa yang silih berganti memegang tampuk kerajaan.

Sementara rumah adat Bola Kambarae yang biasa kita lihat sekarang adalah rumah kerajaan mulai dari Arung/Raja bulukumpa yang ke 11 yaitu Imannodjengi Dg. Tiro sampai kerajaan Bulukumpa menjadi sebuah kecamatan. Pembangunannya dimulai pada tahun 1919 dan baru selesai pada tahun 1923.

Arsitek  Bola Kambarae sendiri sangatlah sederhana, karena berupa rumah panggung dan hanya terdapat 2 pintu( depan dan belakang ). Setiap tangganya memiliki “tapping” atau suatu atap yang bersusun – susun dan berciri khas rumah bangsawan atau rumah karaeng dalam pandangan masyarakat. (Kata “Karaeng” sendiri berasal dari bahasa Arab ٲلگڕیم (Al Karim) yang berarti “Yang Mulia” )

Sementara untuk warna, Rumah Adat Bola Kambarae memiliki warna kuning(warna kebesaran Kerajaan Bone) yang memiliki anggapan bahwa kuning adalah warnanya Emas dan padi,yang “berarti bahwa semakin berisi semakin merunduk”. Terdapat pula sedikit garis – garis dengan warna Hijau yang disamakn dengan Petani dengan anggapan bahwa Bulukumpa memiliki kekayaan alam yang berlimpah.

Kini bola kambarae telah menjadi museum yang terletak di dekat perempatan antara jalan karet dan jalan kemakmuran.

Penulis : Muhammad Arman Kadir

0 komentar:

Post a Comment