Pages

Sunday, 23 September 2018

History Sungai Hila-Hila Bulukumba

Pada pagi hari diatas tanah kering berdebu dan berbatu.Seorang pria paruh baya berjalan dengan tenang melewati jalan setapak di sebuah kampung kecil.Perawakannya agak tegak,tubuhnya jangkung dibalut pakaian serba putih.rambutnya yang hitam legam agak panjang dengan sedikit uban dibalik sorban putih.Pada tangan kanan nya mememgang subuah tongkat kayu.Wajahnya yang berwibawa dan bercahaya,matanya bias dengan sesekali memandang pada sekitar.

Sepanjang jalan setapak yang dilalui nya di penuhi batu-batu berkerikil,Disisi kanan dan kiri di penuhi batu-batu besar dan tanaman meranggas.
Musim kemarau yang sangat panjang membuat kampung ini mengalami kekeringan,Astagfirullahhalzim, kata lelaki itu,sambil matanya terus memandang kesekitar seakan mencari cari dan hendak melakukan sesuatu.Matahari naik sepenggala diatas kepalanya yang berbalut sorban.Lelaki itu berhenti di sebuah batu besar yang berwarna hitam.permukaan batu itu berbentuk agak datar,dan tampak nya dia telah menemukan apa yang di carinya.

Alhamdulillah ya Allah,engkau telah membawaku ke batu ini untuk melaksanakan shalat duha,Gumamnya sambil menatap ke langit.Lalu kedua telapak tangannya di letakkan ke tanah,untuk memulai bertayammung sebab sedari tadi tidak menemukan sumber mata air atau air sungai.Lelaki parah baya itupun berdiri melaksanakan shalat dhuha diatas batu besar itu.

Lelaki paruh baya itu adalah Khatib Bungsu.Seorang ulama dari koto tangah,Minangkabau yang menyebarkan agama islam di kerajaan kerajaan sulawesi selatan yang sedang melukan perjalanan ke kerajaan Tiro.

Asslamualaikum, Puang,Seorang pemuda berbadan tegap berpakaian hitam hitam,tiba -tiba muncul dari balik batu besar setelah khatib Bungsu melakukan shalat Dhuha.

Waalaikummussalam warahmatulahi wabarakatu,jawab Khatib bungsu,Pemuda itu langsung menjabat dan mencium tangan Khatib Bungsu,lalu berkata Alhamdulillah,Puang datang tepat waktu..!

Ada apa,Muridku?,Tanya Khatib Bungsu pada pemuda itu dengan nada heran,Pemuda itu adalah murid Khatib Bungsu di kampung itu.
Begini puang,Kita harus segera melakukan sesuatu.Kemarau yang berkepanjangan telah membuat sebagian besar pengikut kita dikampung ini hampir mengalami putus asa,karena ejekan dari orang orang yang belum di berikan hidayah oleh sang kuasa,mereka tidak bisa berbuat apa apa.
Mereka diejek karena hal apa,tanya Khatib Bungsu dengan suara tenang dan berwibawa.

Begini,Puang,Mereka berkata lebih baik mempertahankan ajaran nenek moyangnya dari pada mengikuti ajaran agama batu yang di ajarkan Puang,Agama baru tidak bisa menolong mereka keluar dari kemarau yang berkepanjangan ini.Hujan Tidak Kunjung turun,setiap hari ada saja ternak yang mati akibat kekeringan.tanaman mereka juga gagal panen,Puang,Mereka juga sangat yakin bahwa agama baru ini tidak mampu membawa mereka kepada penghidupan yang lebih baik.

Masya Allah,sesungguhnya Allah SWT maha pengasih lagi maha penyayang,Allah SWT tidak akan menimpahkan masalah kepada hambanya manakala hambanya tidak sanggup menanggungnya.Ujar Khatib Bungsu,Kemudian ia berkata lagi,Yakinlah,Anak Muda,Allah akan selalu menolong orang orang yang menolong agamanya.Mari, Anka muda,kita akan membuktikan bahwa sesungguhnya allah Maha Penolong.

Keduanya pun bergegas meninggalkan tempat itu,dan berjalan menuju ke perkampungan penduduk.Begitu tiba di kelokan jalan,keduanya di kejutkan oleh pemandangan yang sangat mengerikan,Puluhan orang kelihatan mengelilingi sebuah batu besar yang seperti altar.Diatas Batu itu terbaring seorang gadis dengan wajah yang penuh ketakutan.Kedua tangan dan kakinya terikat tali,Seorang lelaki bertelanjang dada berdiri di samping batu besar itu tempat gadis itu di letakkan.dengan memegang dua bilah badik di tangannya,Badik itu tampak saklar.Gagannya seperti terbuat dari tulang manusia yang diukir.Menandakan bahwa tidak sembarang orang yang dapat memilikinya.

Masya Allah,Muridku,,Apa gerangan yang dilakukan oleh orang-orang itu,? Khatib Bungsu Berkata pada Muridnya.
Puang,itu adalah semacam persembahan kepada dewa mereka.Mereka akan mengorbankan gadis itu sebagai pengganti hujan.!
Astagfirullahalazim,apakah upacara semacam ini telah mereka lakukan selama ini,tanya Khatib Bungsu Pada muridnya dengan suara terkejut.
Upacara semacam ini,baru lagii dilakukan,terakhir kami saksikan belasan tahun lalu ketika terjadi juga kemarau panjang,dengan mengorbankan seorang gadis yang masih perawan.

Upacara persembahan dihadapan mereka tampaknya sudah dimulai.Puluhan Lelaki dan wanita disekeliling altar batu mengucapkan semacam mantra yang kedengaran seperti nyanyian dan ratapan kepedihan.Lelaki yang bertelanjang dada ini yang tampaknya pemimpin upacara melakukan tarian yang mengelilingi altar batu.Sejurus kemudian pemimpin upacara itu berhenti menari.Kedua tangannya diangkat ke langit sambil mengucapkan mantra,Kemudian ia berjalan ke wadah berisi air  dan memasukkan badik itu ke dalam air suci itu.Lalu dia mengangkat badik badik itu tinggi-tinggi ke arah langit sambil mulutnya tidak henti hentinya meracau mengeluarkan kata kata mantra.

Hening dan ketegangan meliputi tempat itu.Lalu sang pemimpin upacara berjalan ke arah gadis  yang dijadikan persembahan itu.Pemandangan mengerikan akan segera terjadi,Kedua badik itu diayun dengan sekuat tenaga dan sesaat lagi kepala gadis itu akan terpisah dengan badannya.

Tunggu,....! detik detik pengeksekusian itu terdengar suara yang menggelegar,Suara itu mengejutkan semua orang yang ada disitu.Mereka serentak melihat ke arah datangnya suara itu.

Kau rupanya Khatib Bungsu,Kata pemimpin upacara itu,Perlahan ia menurunkan badiknya lalu dia berkata lantang.Khatib Bungsu..!!! ada urusan apa tiba-tiba muncul disini mengganggu jalannya upacara kami.?
hentikan upacara setan ini,,!!Ketahuilah,mengorbankan nyawa seorang gadis yang tidak berdosa tidak akan mengubah apa pun.Hujan tetap tidak akan turun melainkan kemalangan gadis itu.Perbuatan kalian ini sungguh perbuatan yang keji dan tidak manusiawi.Jika ingin meminta hujan turun,Berdoalah dan lakukan kebajikan pada Allah Swt Tuhan semesta alam.

Hahahahahahaha,,..........Upacara ini kami lakukan atas ajaran leluhur kami yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.ajaran baru yang kamu ajarkan nyatanya tidak bisa menurunkan hujan di negeri ini.Bukan.?Lelaki itu berkata sambil matanya memandang sinis pada Khatib Bungsu.Tidak ada tuhan selain Allah swt dan Muhammad saw adalah utusannya.Kata Khatib Bungsu,dengan suara tenang.

"Omong Kosong...Buktikan kalau kamu bisa menurukan hujan". Khatib Bungsu terdiam sejenak.dengan suara yang tenang dan berwibawa,"Baiklah",Aku akan mencoba meminta kepada Allah Swt air yang kau inginkan itu.Tapi dengan syarat kalian harus melepaskan gadis itu dan meninggalkan hal hal keji ini.
Hei Khatib Bungsu,.....Kami tidak akan melepaskan gadis persembahan kami.Begini saja,buktikan kepada kami jika kamu bisa meminta air kepaa tuhanmu itu.Buktikan kalau ajaranmu itu benar.Jika kamu bisa membuktikan omongan besar mu itu,kami akan melepaskan gadis ini,ujar lelaki itu dengan sinis.

'Baiklah',Tetapi kalian harus menepati janji,kalian harus melepaskannya,Ujar Khatib Bungsu.Ia lalu berjalan beberapa langkah.Sejenak kemudian Khatib Bungsu mengangkat kedua tangannya dan berdoa beberapa saat.Setelah mengusapkan kedua tangan ke wajahnya lalu ia tiba-tiba mengangkat tongkat kayunya lalu di hujamkan ketanah dengan keras.separuh tongkat itu menancap ke tanah.Khatib Bungsu lalu mencabut tongkat itu dan membentuk semacam garis.Dan apa yang terjadi....sungguh mencengangkan...Sekonyong konyong dari lubang tongkat kayu itu muncullah air yang sangat deras,semakin deras sampai menggenangi tanah tempat mereka berpijak.Genangan air semakin banyak hingga Menggenangi semua orang yang ada disitu hingga lutut.


penulis oleh : Israwaty Samad dan Alfian Nawawi
Diambil dari Rubrik Kajian Sastra Majalah purakasastra edisi 1

0 komentar:

Post a Comment